Pages

Rabu, 03 Agustus 2016

AKUNTANSI INTERNASIONAL "FINANCIAL RISK MANAGEMENT"

Financial Risk Management
Financial risk management is a process that entails companies setting up guidelines to define their policy on accepting financial risk. Individuals who work in financial risk management do not make investment decisions for a company. Instead, those individuals create the guidelines that the risk-takers must follow when analyzing investments they are considering for the company. Financial risk management is defined as the practices and procedures that a company uses to optimize the amount of risk it handles with its financial interests. Senior leaders of a company that practices financial risk management should produce a written policy on financial risks they are willing to accept and follow that policy. They should also monitor the risks taken, and release reports on the results of these risks to help with analyzing them.
The main objective of financial risk management is to minimize potential losses arising from unexpected changes in currency rates, credit, commodities, and equities. Price volatility risk faced is known as market risk. Market risks contained in various forms. Although the focus to price volatility or level, accounting management needs to consider other risks. Liquidity risk arises because not all financial risk management products can be traded freely. Market discontinuities refers to the risk that the market does not always lead to price changes gradually. Credit risk is the possibility that the counterparty to the contract risk management can not meet its obligations. Regulatory risk is the risk arising from the public authorization prohibits the use of a financial product for a particular purpose. Tax risk is the risk that certain hedging transactions can not obtain the desired tax treatment. Accounting risk is the chance that a hedging transaction can not be recorded as part of the transaction to be hedged.
The principles of risk management are:
1.      Transparency
This principle requires that all the potential risks involved in an activity, in particular transactions, disclosed publicly. Risks hidden / concealed will be the largest source of the problem and, by definition, can not be managed properly.
2.      Accurate Measurements
This principle represents the science of the concept of Risk Management, and requires continuous investment to various techniques and tools that will be used as a condition of strong Risk Management process.
3.      Qualified Timely Information
This principle will also determine the measurement accuracy and the quality of the decisions taken. Conversely non-fulfillment of this principle can bring management on a risky decision fatal.
4.      Diversification
Risk Management System are either put the concept of diversification as something noteworthy. This requires constant monitoring pattern and consistent. The assumption is that the concentration of (risk) may occur at any time in line with various changes that occur in the world.
5.      Independence
Based on the principle of independence, the existence of an independent Risk Management group increasingly regarded as a necessity. This principle does not just talk about the authority and the level of responsibility of the group Risk Management and group / other units within the company, but also about about the company's vision and quality of the interrelation between the Risk Management group / other units, and also inter-group / unit carrying transaction by taking certain risks.
6.      Discipline Decision Patterns
Portions of science in Risk Management concept indeed has contributed much to the Risk Management capabilities in measuring risk, but the quality of the decision still depends on how management decides how best to use tools / specific techniques and understand the limitations of the tools / techniques such.
7.      Policy
This principle requires that the objectives and strategy of an enterprise risk management should be formulated in a Policy, Manual & Procedure are clear. Policy should clearly describe and define the company Risk Management philosophy and provide the overall approach used and the organization of the process of taking risks. The main purpose of it is to bring clarity to the process of risk management, for both internally and to external parties such as regulators and analysts.
Importance of Financial Risk Management:
1.      Growth of risk management services that quickly shows that dapatmeningkatkan management company value by controlling the financial risks.
2.      Their great expectations from investors other interested parties, so that financial managers were able to identify and manage the risks facing the market actively.
The role of accounting in the management of financial risk:
The role of management accounting assist in the identification of market exposure, quantify the balance associated with alternative risk response strategies, measure the potential that companies face a particular risk, noting certain hedging products and evaluate the effectiveness of hedging programs.
1.      Market Risk Identification
The basic framework is useful for identifying different types of market risks that could potentially be referred to as risk mapping. This framework begins with observations on the relationship of various market risk to a trigger value of a company and its competitors. And usually referred to as risk mapping cube. The term refers to the trigger value of financial condition and outposts major financial operating performance that affect the value of a company. Market risk includes foreign exchange risk and interest rate and commodity price risks and eukuitas. The third dimension of the cube mapping risks, see the possible relationship between market risk and trigger values ​​for each of the company's major competitors.
2.      Balancing quantifying
Another role played by accountants in the risk management process includes the quantification process offsets associated with alternative risk response strategies. Accountants should quantify the benefits of protected assessed and compared to the cost plus the opportunity cost in the form of lost profits derived from speculation and market movements
3.      Risk Management in the World Floating Exchange Rates
The risk of foreign exchange (forex) is one of the most common forms of risk and will be faced by multinational companies. In a world of floating exchange rates, risk management includes:
a.       anticipation of exchange rate movements,
b.      measurement of foreign exchange risk faced by the company,
c.       designing a strategy for adequate protection, and
d.      manufacture of internal risk management control.

Sumber :
Bessis, Joel (1998) Risk Management in Banking, John Wiley & Sons Ltd., West Sussex, England.
The Risk Metrics Group (1998), Exploring Risk and Managing Risk.


Jumat, 03 Juni 2016

Harmonisasi Akuntansi Internasional di Indonesia dan Singapura



Harmonisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan kompatibilitas atau kesesuaian praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam. Harmonisasi dengan standardisasi memiliki perbedaan yaitu, standardisasi berarti penetapan sekelompok aturan yang kaku dan sempit dan bahkan dalam penerapannya satu standar atau aturan tunggal dalam segala situasi. Standardisasi juga tidak mengakomodasi perbedaan-perbedaan antarnegara sehingga lebih sulit untu diterapkan secara internasional. Sedangkan harmonisasi jauh lebih fleksibel dan terbuka, tidak menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua, tetapi mengakomodasi beberapa perbedaan dan telah mengalami kemajuan yang besar secara internasional dalam tahun-tahun terakhir. Hal tersebut membuat harmonisasi lebih mudah diterapkan secara internasional.
Penerapan standar internasional di dalam akuntansi bersifat sukarela dan tergantung, untuk diterima, pada niat baik dari mereka yang menggunakan standar akuntansi. Situasi termudah akan muncul ketika suatu standar internasional hanya merupakan tiruan dari standar nasional. Ketika standar nasional dan internasional berbeda satu sama lain praktek yang ada dewasa ini adalah mengunggulkan standar nasional. Sedangkan untuk harmonisasi jauh lebih fleksibel (luwes) dan terbuka, sehingga tidak menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua, tetapi mengakomodasi beberapa perbedaan dan telah mengalami kemajuan yang besar secara internasional dalam beberapa tahun terakhir. Jadi istilah harmonisasi sebagai kebalikan dari standardisasi memilki arti sebuah rekonsiliasi atas berbagai sudut pandang yang berbeda. Istilah ini lebih bersifat sebagai pendekatan praktis dan mendamaikan daripada standardisasi, terutama jika standardisasi berarti prosedur-prosedur yang dimiliki oleh satu negara hendaknya diterapkan oleh semua negara yang lain. Harmonisasi menjadi suatu bagian yang penting untuk menghasilkan komunikasi yang lebih baik atas suatu informasi agar dapat diartikan dan dipahami secara internasional.
Harmonisasi akuntansi mencakup beberapa  harmonisasi  sebagai berikut:
1.      standar akuntansi (yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapan)
2.      pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan public terkait dengan penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek
3.      standar audit.
Tujuan Harmonisasi adalah sebagai berikut:
1.      Startegi induk perusahaan untuk lebih banyak melakukan expansi dengan mendirikan anak perusahaan di berbagai Negara lain.
2.      Jika tercipta harmonisasi, terciptanya pemahaman atas penyajian informasi induk perusahaan maupun anak perusahaan atau sebaliknya.
3.      Tidak memerlukan proses rumit
4.      Tidak terjadi bias akan informasi
Selain itu terdapat pula beberapa  keuntungan dari harmonisasi, yaitu:
1.      Bagi beberapa negara, belum terdapat suatu standar kodifikasi akuntansi dan audit yang memadai. Standar yang diakui secara internasional tidak hanya akan mengurangi biaya penyiapan untuk negara-negara tersebut melainkan juga memungkinkan mereka untuk dengan seketika menjadi bagian dari arus utama standar akuntansi yang berlaku secara internasional.
2.      Internasionalisasi yang berkembang dari perekonomian dunia dan meningkatnya saling ketergantungan dari negara-negara di dalam kaitannnya dengan perdagangan dan arus investasi internasional adalah argumentasi yang utama dari adanya suatu bentuk standar akuntansi dan audit yang berlaku secara internasional.
3.      Adanya kebutuhan dari perusahaan-perusahaan untuk memperolah modal dari luar, mengingat tidak cukupnya jumlah laba di tahan untuk mendanai proyek-proyek dan pinjaman-pinjaman luar negri yang tersedia, telah meningkatkan kebutuhan akan harmonisasi akuntansi.
            Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS). Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor, dan kreditor. Berdasarkan seajarah, sistem akuntansi Indonesia didasari oleh sistem akuntansi Belanda sebagai hasil dari pengaruh Belanda di negeri ini. Tetapi, ikatan antara kedua negara rusak pada pertengahan tahun 1900. Indonesia berubah mengikuti praktik akuntansi AS. IAI didirikan pada tahun 1959 untuk membimbing akuntan Indonesia. Pada tahun 1970 IAI membuat kode dan diadopsi oleh prinsip dan dasar akuntansi berdasarkan GAAP As pada waktu itu. Sistem akuntansi Indonesia berfokus kepada informasi yang dibutuhkan oleh investor diatas permintaan pemerintah. Pada tahun 1974, IAI membuat komite standar akuntansi keuangan untuk membuat standar keuangan.
Indonesia telah membuat perkembangan ekonomi yang bagus pada dekade yang lalu. Tetapi krisis fiansial asia membuat negara ini menuju ke arah kemiskinan. Sejak krisis, Indonesia telah melakukan beberapa perubahan sosial dan politik. Yang menghasilkan perubahan substansial dan merubah drajat kemakmuran sperti sebelum krisis. Pada tahun 1994, komite standar akuntansi keuangan direkonstruksi sebagai aturan standar akuntansi yang lebih independen atas IAI, sekarang DSAK bekerja untuk mengharmonisasi standar akuntansi indonesia dengan IFRS. Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi international untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Ada beberapa pilihan untuk melakukan adopsi, menggunakan IAS apa adanya, atau harmonisasi. Harmonisasi adalah kita yang menentukan mana saja yang harus diadopsi, sesuai kebutuhan. Contohnya adalah PSAK no 24, itu mengadopsi sepenuhnyaIAS no 19. Standar berhubungan dengan imbalan kerja atau employee benefit. Bapepam telahmemberikan sinyal kepada semua perusahaan go public tentang kerugian apa yang akan kita hadapi bila kita tidak melakukan harmonisasi. Dalam pernyataannya bapepam menjelaskan bahwa kerugian yang berkaitan dengan pasar modal yang masuk Indonesia yang listing di bursa efek di negara lain. perusahaan asing akan kesulitan untuk membandingkan laporan keuangan sesuai standar nasional kita, sebaliknya perusahaan indonesia yang listing di negara lain juga cukup kesulitan untuk membandingkan laporan keuangan sesuai standar di negara tersebut. Hal ini akan menghambat perekonomian dunia, dan aliran modal akan berkurang dantidak mengglobal.
Sementara di Singapura adopsi penuh Standar Akuntansi Internasional tidaklah menjadi masalah. Regulator di negara ini telah meminta perusahaan di Singapura untuk mengikuti Singapore Reporting Standards (FRS) mulai 1 Januari 2003 dan FRS sendiri diadopsi dari AIS. Sampai April 2005 Singapura telah mengadopsi semua Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh IASB, kecuali AIS No.40 tentang Investment Property, yang direvisi oleh IASB dan berlaku pada 1 Januari 2005, sehingga untuk hal tersebut Dewan Standar Singapura memberlakukan secara efektif pada 1 Januari 2007.
Singapore Standar Pelaporan Keuangan (FRSs) adalah standar akuntansi yang diatur dalam Singapore Companies Act. Para FRSs yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi (ASC), yang dibentuk oleh Departemen Keuangan. Perusahaan asing tercatat di bursa efek Singapura mungkin menyiapkan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi tertentu yang diakui secara internasional seperti SAK. The FRSs erat model setelah SAK, dengan modifikasi tertentu untuk tanggal efektif dan ketentuan transisi, persyaratan pengukuran terhadap sifat kembali sebelum suatu tanggal tertentu, dan kriteria pengecualian untuk konsolidasi, akuntansi ekuitas atau konsolidasi proporsional.

Sumber :
Choi, Frederick D.S., Carol Ann Frost, Garry K Meek. 1999.  International
https://jmmymartin.wordpress.com/2014/06/07/bab-7-harmonisasi-akuntansi-internasional/

Selasa, 22 Desember 2015

Diana Mufida, SS-UG, 4EB17 ( KASUS PETRAL "Pertamina Energy Trading Ltd" )

Audit Forensik Temukan Kebocoran Rahasia Kasus Petral
Lily Rusna Fajriah
Senin,  9 November 2015  −  16:08 WIB
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, audit forensik yang dilakukan terhadap Pertamina Energy Trading Limited (Petral) Group menemukan adanyakebocoran informasi rahasia dalam proses pengadaan minyak dan produk minyak‎ perseroan.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menuturkan, audit forensik yang dilakukan pada 1 Juli hingga 30 Oktober 2015 tersebut menemukan beberapa hal anomali sekaligus dapat menjadi referensi untuk perbaikan sistem baru pengadaan minyak dan produk minyak di masa mendatang, oleh Integrated Supply Chain (ISC). (Baca: Audit Forensik Kelar, Tugas Pertamina di Petral Selesai).
"Beberapa temuan tersebut meliputi inefisiensi rantai suplai yang meningkatkan risiko mahalnya harga crude dan produk," katanya di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (9/11/2015).
Dia mengatakan, temuan tersebut meliputi, kebijakan Petral dalam proses pengadaan, kebocoran informasi rahasia, dan pengaruh eksternal. Selain itu, ditemukan bahwa Petral melakukan penunjukan pada satu penyedia jasa Marine Service dan inspektor.
‎Terkait kebocoran informasi rahasia, sambung Dwi, audit forensik tersebut menemukan bahwa terdapat surat elektronik (email) maupun obrolan via sosial media yang ditengarai membocorkan informasi terkait patokan harga dan volume bahan bakar minyak (BBM).
"Soal kebocoran informasi rahasia. Di dalam beberapa tracing terhadap email maupun chatting yang ada ditengarai adanya informasi soal patokan harga, volume dan lain lain yang bocor," imbuh dia.
Mantan Bos Semen Indonesia ini menuturkan, likuidasi secara formal akan dapat dilaksanakan setelah seluruh proses tersebut tuntas pada kuartal II/2016.
"Laporan temuan ini telah kami sampaikan kepada pemerintah untuk mengambil langkah lanjutan apabila diperlukan. Laporan hasil audit ini juga dapat menjadi dasar bagi langkah perbaikan kebijakan, khususnya dalam proses pengadaan minyak mentah dan produk di masa mendatang," tandasnya.

REVIEW KASUS PETRAL (Pertamina Energy Trading Ltd)
   1.      Auditor yang mengaudit:
Auditor independem asal Australia, KAP Kordha Mentha.
   2.      Jenis Audit yang dilakukan:
Audit Forensik yaitu audit yang bertujuan untuk melakukan audit investigasi terhadap tindakkriminal dan untuk memberikan keterangan saksi ahli (litigation support )di pengadilan.
   3.      Proses Audit Forensik
a.       Identifikasi masalah : dalam tahap ini auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi ruang lingkup sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.
b.      Pembicaraan dengan klien : dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup, kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap penugasan audit.
c.       Pemeriksaan pendahuluan : dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya. Hasil pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who, what, where, when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and how much). Intinya, dalam proses ini auditor akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau tidak.
d.      Pengembangan rencana pemeriksaan : dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan audit, prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah diadministrasikan, maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian akan dikomunikasikan bersama tim audit serta klien.
e.       Pemeriksaan lanjutan : dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan teknik-teknik auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud tersebut.
f.       Penyusunan Laporan : pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik. Dalam laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain adalah:
1)      Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.
2)      Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai temuan.
   4.      Kesipulan Audit:
KAP kordha mentha dalam kasus petral sudah melakukan audit sesuai dalam aturan etika kompartemen akuntan publik nomor 100 tentang indepedensi,integritas,dan objektivitas ; nomor 202 tentang kepatuhan terhadap standar ; dan nomor 303 tentang tanggung jawab kepada klien (301 informasi klien yang rahasia). Menurut Dirut PT Pertamina, lembaga audit independen KordhaMentha audit forensik yang dilakukan hanya menilai proses pengadaan bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah yang berpotensi menimbulkan kecurangan. Dalam kasus ini, terdapat beberapa prinsip yang ada, diantaranya :
a.       Tanggung jawab Profesi
Lembaga audit independen (KordhaMentha) sudah bertanggung jawab terhadap profesi kode etik akuntan karena sudah menyiapkan bukti- bukti dan mengaudit para pegawai nakal hingga menemukan kecurangan- kecurangan yang merugikan Negara.
b.      Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Dalam kasus ini, lembaga audit independen (KordhaMentha) telah membuktikan pegawai yang ber­masalah tidak diberikan izin untuk mendapatkan wewenang lagi dalam menjalankan tugas di bagian Impor BBM. Hal ini menunjukan integritasnya dan agar segera di realisasi sehingga meningkatkan kepercayaan publik (masyarakat).

   5.      Temuan Audit:
Berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh KAP Kordha Mentha ditemukan beberapa pelanggaran sebagai berikut:
a.       Ada pertukaran informasi via e–mail dari para pegawai yang berkomunikasi dengan vendor.
b.      Terjadi anomali dalam pengadaan minyak pada 2012-2014
c.       Terjadinya ketidakwajaran dalam pengadaan minyak mentah pada 2012 hingga 2014
d.      Jaringan mafia minyak dan gas (migas) menguasai kontrak suplai minyak senilai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 250 triliun selama tiga tahun.
e.       Inefisiensi rantai suplai meningkatkan risiko mahalnya harga crude dan produk.
f.       Petral melakukan penunjukan pada satu penyedia jasa Marine Service dan Inspektor.
g.   adanya kebocoran informasi rahasia dalam proses pengadaan minyak dan produk minyak‎ perseroan
Dibuat Oleh : ( Diana Mufida, SS-UG, 4EB17 )
Sumber :
http://www.academia.edu/3686466/Bab_1 diakses pada senin 22 Desember 2015 pukul 06:23
http://kodeetikiai.blogspot.co.id/ diakses pada senin 21 Desember 2015 pukul 21:06


Kamis, 30 April 2015

RevPaint Store

Welcome to RevPaint Store


Hey guys !!
Duh soon Girlfriend's birthday. Confused about what gift to give at a girlfriend? Giving clothes, bags or shoes all it was too mainstream .. you should look for something that antimainstrem ..
This is the place RevPaintStore.
For girlfriend, friend, brother, sister parents can all ...
Here you can create your pictures at will you.
Among them:
Smudge painting


mosaic photo

cartoon photo

caricature photo

caricature smudge

Smudge by request

Mozaik smudge
Caricature mosaic smudge
or any at you will ..
Come cepet message. Specials this month there is a special promo loh ..
You can order by:
Line: Revaintsore
Instagram: Revaintstore
Fanpage: RevPaint Store
Come on what are you waiting ..

Your Photos likes you.
Express your creativity !!!

Jumat, 27 Maret 2015

TARI MERAK



Tari merak (peacocks dance) is constitute one of kreasi's dance new manner, that peacock style life. procedure and its movement taken from by appointed peacock life to stage by artist sunda raden TjeTjop sumantri's. 
Peacocks dance history actually indigenous pasundan's country, on year 1950 a choreographers named Tjetep Sumantri create peacock dance . accord by the name of it dances peacock to constitute implementation of peacock life. its main is male peacock whim while wants to entice female peacock. male peacock movement that wants aesthetical show its tail feather while wants to noise about clearly defined female peacock deep dance peacock.

Cloth color that used by dancers usually corresponds to peacock fur pattern. besides, dancer costume also been proveded with wing couple that applies to form from male peacock fur.
In its parade, peacock dance usually been featured ala gets couples with their dancer as peacock of masculine or female. with gending's song accompaniment leopard dancer starts menggerakan its body with limber within reason masculine peacock.

Lightsome peacock movement and fascinating pictured of peacock dance movement that full mirth and grace so no wonder if solar frequent peacock to be utilized to welcome peria's bride or as amusement for guest deep nuptials event. besides peacock dance also a lot of is featured deep event national or international. 


Study and gains control peacock dance movement so agreeable. besides to add science can also to keep up indonesian culture

Selasa, 23 Desember 2014

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
-          Neraca
-          Laporan laba rugi komprehensif
-          Laporan perubahan ekuitas
-          Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau laporan arus dana
-          Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.
Setiap perusahaan sangat memerlukan laporan keuangan, dimana laporan keuangan ini berfungsi sebagai media untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan seperti :  Posisi neraca keuangan, laba-rugi, arus kas, serta laporan perubahan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan suatu perusahaan sangat diperlukan oleh banyak pihak, seperti :
-          Pemilik Perusahaan, dimana laporan keuangan ini sangat berguna untuk menilai prestasi kerja karyawan dan manajemen dalam melaksanakan aktifitas kerjanya. Kemudian, laporan keuangan juga membantu pemilik perusahaan untuk mengetahui seberapa besar dividen yang akan diterima, serta menilai seberapa besar pertumbuhan perusahaan untuk dapat survive didalam industrinya, juga untuk prediksi dasar perusahaan ke masa depannya  dan juga sebagai dasar untuk mengetahui seberapa besar nilai saham per lembar ( jika Go Public ).
-          Manajemen, dimana laporan keuangan merupakan sebagai alat atau media pertanggungjawaban mereka dalam pengelolaan perusahaan kepada pemilik.
-          Investor, dimana laporan keuangan sangat diperlukan agar para investor dapat menilai kondisi keuangan perusahaan, sehingga dengan adanya laporan keuangan ini, mereka dapat mengambil keputusan, apakah akan berinvestasi atau tidak dana apakah akan divestasi (menarik investasi) atau tidak.
-          Kreditur/Banker, dimana bagi pihak ini laporan keuangan suatu perusahaan sangat diperlukan untuk menilai likuiditas,solvabilitas dan rentabilitas perushaan, sehingga sebagai dasar untuk memberikan jawaban apakah perusahaan tersebut dapat diberikan pinjaman/kredit atau tidak.
-          Supplier, dimana laporan keuangan sangat diperlukan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan, sehingga para supplier dapat mengambil keputusan, apakah perlu memberikan produk/barang/jasa yang dijualnya kepada perusahaan tersebut dengan pembayaran non cash.
-          Pemerintah, laporan keuangan suatu perusahaan sangat diperlukan oleh pihak Pemerintah untuk dasar penetapan jumlah kewajiban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan, serta sebagai dasar penilaian kepatuhan perusahaan terhadap regulasi, serta sebagai dasar pemerintah untuk menilai apakah perusahaan tersebut memerlukan bantuan atau tindakan lain.
-          Analisis Akademis dan Pusat Data Bisnis,laporan keuangan sangat berguna untuk bahan analisis terhadap kebijakan-kebijakan dan perilaku-perilaku perusahaan dalam lingkungan bisnis dimana hal ini sangat berguna bagi ilmu pengetahuan dan komoditi informasi.
Analisis keuangan digunakan untuk menilai kelangsungan usaha, stabilitas, profitabilitas dari suatu usaha, sub usaha atapun proyek. Analisis keuangan dilakukan oleh seorang profesional yang menyajikan laporan dalam bentuk rasio yang menggunakan informasi sebagaimana tersaji dalam laporan keuangan. Laporan ini biasanya disajikan kepada pimpinan puncak suatu usaha sebagai acuan untuk mengambil suatu kebijakan perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis ini maka manajemen dapat memutuskan berbagai keputusan manajemen misalnya :
-          Melanjutkan atau tidak melanjutkan operasional suatu usaha atau bagian dari suatu usaha.
-          Melakukan pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses produksi
-          Melakukan pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi
-          Melakukan penerbitan saham atau melakukan negosiasi untuk memperoleh pinjaman bank guna meningkatkan modal kerja perseroan.
-          Berbagai keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen melakukan pilihan yang tepat terhadap berbagai alternatif yang ada dalam mengelola perusahaan.

Tujuan Analisis keuangan seringkali menilai suatu usaha berdasarkan :
-          Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan.
-          Solvabilitas adalah kemampuan perseroan untuk memenuhi seluruh kewajibannya, yang diukur dengan membuat perbandingan seluruh kewajiban terhadap seluruh aktiva dan perbandingan seluruh kewajiban terhadap ekuitas
-          Likuiditas adalah kemampuan perseroan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang diukur dengan menggunakan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
-          Stabilitas adalah kemampuan perseroan dalam mempertahankan usahanya dalam jangka waktu panjang tanpa harus menderita kerugian. Untuk menilai stabilitas perseroan digunakan laporan laba rugi dan neraca keuangan (balance sheet) perseroan serta berbagai indikator keuangan dan non keuangan lainnya.
Metode analisis keuangan seringkali menggunakan rasio keuangan dari tingkat solvabilitas , profitabilitas, dan pertumbuhan usaha. Yang pertama, kinerja masa lalu untuk suatu masa tertentu misalnya selama 5 tahun. Kedua, kinerja mendatang: menggunakan figur kinerja masa lalu dan teknik matematika serta statistik, termasuk nilai sekarang dan nilai mendatang. Metode perhitungan ini adalah merupakan penyebab dari kesalahan analisis keuangan dimana statistik masa lalu dapat menyebabkan rendahnya prediksi masa mendatang. Dan yang terakhir, Perbandingan kinerja yaitu membandingkan kinerja antara beberapa perusahaan dalam industri sejenis.
B. Gambaran Umum Perusahaan
PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk ("Perseroan") pertama kali berdiri pada tahun 1995 yang berlokasi di Jl. Jababeka XII A, Blok W No.40-41Cikarang, Bekasi 17530 - Jawa Barat. Pada tahun 2005 Perseroan mengembangkan usahanya dengan mendirikan pabrik di Kawasan Industri PIER Jl. Rembang Industri Raya No.28 Pasuruan 67152 - Jawa Timur untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat.
Pada tahun 2008, Perseroan membangun pabrik ketiga yang juga berlokasi di Kawasan Industri Jababeka Cikarang Jl. Jababeka XVII B, Blok U No.33 Cikarang, Bekasi 17530 - Jawa Barat kemudian disusul dengan pembangunan pabrik di Kawasan Industri Wijaya Kusuma Jl. Tugu Wijaya III No.1 Semarang 50153 - Jawa Tengah, Kawasan Industri Medan Star Jl. Pelita Raya I No. 8 -10 Lubuk Pakam KM 19.5 Medan - Sumatera Utara dan Kawasan Industri MM 2100 Jl. Selayar blok A9 Desa Mekarwangi, Cikarang Barat, Bekasi 17530 - Jawa Barat pada tahun 2011. Pada tahun 2012, Perseroan membangun 2 pabrik baru yang berlokasi di Jl. Kerani Amad RT. 38 RW. 08 Sukamoro, Talang Kelapa, Banyuasin, Palembang - Sumatera Selatan dan Kawasan Industri Makassar Jl. KIMA 10 Blok A No. 2 A, Makassar - Sulawesi Selatan dan pada tahun 2013, Perseroan membangun 2 pabrik baru di Kawasan Industri Bukit Indah City Blok N5 No. 1 Desa Wanakerta Bungur Sari, Purwakarta, 41181 - Jawa Barat dan Kawasan Industri Modern Cikande Jl. Raya Modern Industri 1 No. 30 A Kel. Barengkok, Kec. Kibin Serang, 42186 - Banten.
Perusahaan yang memiliki visi menjadi perusahaan roti terbesar di Indonesia dengan menghasilkan dan mendistribusikan produk – produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau bagi rakyat Indonesia, serta misi membantu meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dengan memproduksi dan mendistribusikan makanan yang bermutu tinggi, sehat, halal, dan aman bagi pelanggan, telah memperkerjakan 3.496 karyawan di berbagai lokasi kerja Perseroan yang terdiri dari 124 manajer, 589 staf, dan 2.783 non-staf sampai dengan Desember 2013. Pada tahun 2013 pula, Perseroan telah membukukan penjualan neto sebesar Rp 1,5 triliun dengan kapasitas produksi mencapai 3,5 juta potong per hari.
Produk yang dihasilkan Perseroan terdiri dari 4 varian produk yaitu White Bread (Roti Tawar Special Isi 6 Slices, Roti Tawar Keju, Sandwich Isi Coklat, Sandwich Isi Krim Peanut, Sandwich Krim Keju, Sandwich Blueberry, Roti Plain Rolls, Roti Burger Bun, Roti Tawar, Roti Tawar Gandum, Roti Tawar Kupas, Roti Tawar Coklat Chip, Roti Tawar Pandan), Sweet Bread (Roti Isi Mix Fruit, Roti Isi Krim Coklat Vanilla, Roti Isi Krim Moka, Roti Isi Krim Keju, Roti Isi Krim Coklat, Roti Kasur Keju, Roti Sobek Isi Coklat Nanas, Roti Sobek Isi Coklat Blueberry, Roti Sobek Isi Coklat Sarikaya, Roti Sobek Isi Coklat Strawberry, Roti Sobek Isi Coklat Keju, Roti Sobek Isi Coklat, Roti Isi Chicken Teriyaki, Roti Isi Keju, Roti Isi Kelapa, Roti Isi Coklat Keju, Roti Isi Sarikaya, Roti Isi Strawberry, Roti Isi Beef Barbeque), Cake (Chiffon Cup Cake Strawberry, Chiffon Cup Cake Pandan, Chiffon Cup Cakecoklat), dan Tepung Roti Sari Roti.
Karakteristik proses produksi Perseroan adalah proses costing karena Perseroan melakukan produksi secara masal dan homogen sedangkan metode yang digunakan dalam penentuan biaya produksi saat ini adalah standard costing. Proporsi biaya produksi Perseroan adalah 70% biaya bahan baku dan 30% biaya konversi.


PEMBAHASAN
1.jpg2.jpg3.jpg4.jpg5.jpg
Perhitungan Per Desember Tahun 2010
1.      Rasio Likuiditas
a.       Current Ratio = Total Aktiva Lancar / Total Hutang Lancar
Current Ratio   = Rp 213.030.020.197 / Rp 92.639.122.006 = Rp 2,30
Analisis : Setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh 2,30 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 2,30 : 1
b.      Quick Ratio = (Total Aktiva Lancar – Persediaan) / Total Hutang Lancar
Quick Ratio  = (Rp 213.030.020.197 – Rp 9.602.287.926) / Rp 92.639.122.006
                                  = Rp 203.427.732.271 / Rp 92.639.122.006 = Rp 2,20
Analisis : Rata-rata industri tingkat liquidnya atau quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan pada PT. Nippon Indosari Corpindo.tbk 2,20 maka keadaannya sangat baik karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun dikurangi persediaan.

2.      Rasio Solvabilitas
a.       Total Dept to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%
Total Dept to Equity Ratio    = (Rp 112.812.910.988 / Rp 455.452.430.838) x 100%
                                                           = 0,25 x 100% = 25%
Analisis : Merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Perusahaan dibiayai 25% untuk tahun 2010.
b.      To Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total Aktiva) x 100%
To Debt to Asset Ratio  = (Rp 112.812.910.088 / Rp 568.265.341.826) x 100%
                                                    = 0,20 x 100% = 20%
Analisis : Pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun 2010 artinya bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan Rp 20 dibiayai dengan hutang dan Rp 80 disediakan oleh pemegang saham.

3.      Rasio Provabilitas / Rentabilitas
a.       Gross Profit Margin = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%
Gross Profit Margin    = (Rp 289.024.873.413 / Rp 612.192.357.641) x 100%
                                                = 0,47 x 100% = 47%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 47%
b.      Net Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Total Aktiva) x 100%
Net Profit Margin   = (Rp 99.775.124.375 / Rp 568.265.341.826) x 100%
                                            = 0,17 x 100% = 17%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih adalah sebesar 17%
c.       Operating Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan Bersih) x 100%
            Operating Profit Margin    =  (Rp 135.657.905.022 / Rp 612.192.357.641) x 100%
                                                = 0,22 x 100% = 22%
Analisis : Operating Ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena setiap rupiah penjualan yang terserap dengan biaya juga rendah dan tersedia untuk laba yang besar.
d.      Return Of Equity = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100%
Return Of Equity   = (Rp 99.775.124.375 / Rp 455.452.430.838) x 100%
                                           = 0,22 x 100% = 22%
Analisis : pengambilan atas modal perusahaan sebesar 22%


4.      Rasio Aktivitas
a.       Inventory Turnover = Hpp / Persediaan
Inventory Turnover          = Rp 323.167.484.228 / Rp9.602.287.926 = 33,65
Analisis : Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tersentu. Pada perusahaan ini inventory turnover adalah sebesar 33,65
b.      Total Asset Turnover = Penjualan Bersih / Total Aktiva
Total Asset Turnover       = Rp 612.192.357.641 / Rp 568.265.341.826 = 1,07
Analisis : Total asset Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode. Pada perusahaan ini total asset turnover sebesar 1,07.
c.       Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Total aktiva Lancar – Total Hutang Lancar)
Working Capital Turnover     = Rp 612.192.357.641 / (Rp 213.030.020.197 –
   Rp92.639.122.006)
                                                           = Rp 612.192.357.641 / Rp 120.390.898.191 = 5,08
Analisis : Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja yang berputar pada satu periode siklus kas yang terdapat pada perusahaan. Pada perusahaan ini working capital turnover sebesar 5,08.

Perhitungan Per Desember Tahun 2011
1.      Rasio Likuiditas
a.       Current Ratio = Total Aktiva Lancar / Total Hutang Lancar
Current Ratio   = Rp 190.274.251.538 / Rp 148.209.117.955 = Rp 1,28
Analisis : Setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh 1,28 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancer dengan hutang lancar adalah 1,28: 1
b.      Quick Ratio = (Total Aktiva Lancar – Persediaan) / Total Hutang Lancar
Quick Ratio  = (Rp 190.274.251.538 – Rp 16.305.869.407) / Rp 148.209.117.955
                                 = Rp 173.968.382.131 / Rp 148.209.117.955 = Rp 1,17
Analisis : Rata-rata industri tingkat liquidnya atau quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan pada PT. Nippon Indosari Corpindo.tbk 1,17 maka keadaannya sangat baik karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun dikurangi persediaan.

2.      Rasio Solvabilitas
a.       Total Dept to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%
Total Dept to Equity Ratio    = (Rp 212.695.735.714 / Rp 546.441.182.786) x 100%
                                                           =  0,39 x 100% = 39%
Analisis : Merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Perusahaan dibiayai 39% untuk tahun 2011.
b.      To Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total Aktiva) x 100%
To Debt to Asset Ratio  = (Rp 212.695.735.714 / Rp 759.136.918.500) x 100%
                                                   = 0,28 x 100% = 28%
Analisis : Pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun 2010 artinya bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan Rp 28 dibiayai dengan hutang dan Rp 72 disediakan oleh pemegang saham.

3.      Rasio Provabilitas / Rentabilitas
a.       Gross Profit Margin = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%
Gross Profit Margin    = (Rp 379.403.837.133 / Rp 813.342.078.952) x 100%
                                                =  0,46 x 100% = 46%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 46%
b.      Net Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Total Aktiva) x 100%
Net Profit Margin   = (Rp 115.932.533.042 / Rp 759.136.918.500) x 100%
                                           = 0,15 x 100% = 15%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih adalah sebesar 15%
c.       Operating Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan Bersih) x 100%
 Operating Profit Margin    =  (Rp 153.226.854.731 / Rp 813.342.078.952) x 100%
                                                       = 0,19 x 100% = 19%
Analisis : Operating Ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena setiap rupiah penjualan yang terserap dengan biaya juga rendah dan tersedia untuk laba yang besar.
d.      Return Of Equity = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100%
Return Of Equity   = (Rp 115.932.533.042 / Rp 546.441.182.786) x 100%
                                           = 0,21 x 100% = 21%
Analisis : pengambilan atas modal perusahaan sebesar 21%


4.      Rasio Aktivitas
a.       Inventory Turnover = Hpp / Persediaan
Inventory Turnover          = Rp 433.938.241.819 / Rp 16.305.869.407 = 26,61
Analisis : Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tersentu. Pada perusahaan ini inventory turnover adalah sebesar
b.      Total Asset Turnover = Penjualan Bersih / Total Aktiva
Total Asset Turnover       = Rp 813.342.078.952 / Rp 759.136.918.500 = 1,08
Analisis : Total asset Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode. Pada perusahaan ini total asset turnover sebesar 1,08.
c.       Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Total aktiva Lancar – Total Hutang Lancar)
Working Capital Turnover         = Rp 813.342.078.952 / (Rp 190.274.251.538 – Rp
       148.209.117.955)
                                                               = Rp 813.342.078.952 / Rp 42.065.133.583 = 19,3
Analisis : Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja yang berputar pada satu periode siklus kas yang terdapat pada perusahaan. Pada perusahaan ini working capital turnover sebesar 19,3.

Perhitungan Per Desember Tahun 2012
1.      Rasio Likuiditas
a.       Current Ratio = Total Aktiva Lancar / Total Hutang Lancar
Current Ratio   = Rp 219.818.034.145 / Rp 195.455.567.772 = Rp 1,12
Analisis : Setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh 1,12 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancer dengan hutang lancar adalah 1,12 : 1
b.      Quick Ratio = (Total Aktiva Lancar – Persediaan) / Total Hutang Lancar
Quick Ratio  = (Rp 219.818.034.145  – Rp 22.598.712.855) / Rp 195.455.567.772
                                 = Rp  197.219.321.290 / Rp 195.455.567.772  = Rp 1,009
Analisis : Rata-rata industri tingkat liquidnya atau quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan pada PT. Nippon Indosari Corpindo.tbk  1,009 maka keadaannya sangat baik karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun dikurangi persediaan.

2.      Rasio Solvabilitas
a.       Total Dept to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%
Total Dept to Equity Ratio    = (Rp 538.337.083.673 / Rp 666.607.597.550) x 100%
                                                          = 0,81 x 100% = 81%
Analisis : Merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Perusahaan dibiayai 81% untuk tahun 2012.
b.      To Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total Aktiva) x 100%
To Debt to Asset Ratio  = (Rp 538.337.083.673 / Rp 1.204.944.681.223) x 100%
                                                    = 0,44 x 100% = 44%
Analisis : Pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun 2010 artinya bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan Rp 44 dibiayai dengan hutang dan Rp 56 disediakan oleh pemegang saham.

3.      Rasio Provabilitas / Rentabilitas
a.       Gross Profit Margin = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%
Gross Profit Margin    = (Rp 556.412.908.045 / Rp 1.190.852.893.340) x 100%
                                               =  0,46 x 100% = 46%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 46%
b.      Net Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Total Aktiva) x 100%
Net Profit Margin   = (Rp 149.149.548.025 / Rp 1.204.944.681.223) x 100%
                                          = 0,12 x 100% = 12%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih adalah sebesar 12%
c.       Operating Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan Bersih) x 100%
 Operating Profit Margin    =  (Rp 199.403.319.484 / Rp 1.190.852.893.340) x 100%
                                           = 0,16 x 100% = 16%
Analisis : Operating Ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena setiap rupiah penjualan yang terserap dengan biaya juga rendah dan tersedia untuk laba yang besar.
d.      Return Of Equity = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100%
Return Of Equity   = (Rp 149.149.548.025 / Rp 666.607.597.550) x 100%
                                              = 0,22 x 100% = 22%
Analisis : pengambilan atas modal perusahaan sebesar 22%


4.      Rasio Aktivitas
a.       Inventory Turnover = Hpp / Persediaan
Inventory Turnover          = Rp 634.412.985.295 / Rp 22.598.712.855 = 28,07
Analisis : Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tersentu. Pada perusahaan ini inventory turnover adalah sebesar 28,07
b.      Total Asset Turnover = Penjualan Bersih / Total Aktiva
Total Asset Turnover       = Rp 1.190.852.893.340 / Rp 1.204.944.681.223 = 0,98
Analisis : Total asset Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode. Pada perusahaan ini total asset turnover sebesar 0,98.
c.       Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Total aktiva Lancar – Total Hutang Lancar)
Working Capital Turnover         = Rp 1.190.852.893.340 / (Rp 219.818.034.145 - Rp
       195.455.567.772)
                                                               = Rp 1.190.852.893.340 / Rp24.362.466.373  = 48,8
Analisis : Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja yang berputar pada satu periode siklus kas yang terdapat pada perusahaan. Pada perusahaan ini working capital turnover sebesar 48,8.




PENUTUP
Kesimpulan
Laporan keuangan adalah ringkasan transaksi keuangan sehingga datanya tidak terperinci bahkan mungkin tidak asli lagi karena sudah diolah dengan sedemikian rupa sehingga kelihatan baik karena itu perlu pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang akuntan umum yang independent agar dapat dipercaya keasliannya.
Seorang analis dalam melakukan analisis keuangan harus melakukan beberapa langkah, yaitu:
-          Menentukan tujuan dari analisis keuangan
-          Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan keuangan
-          Memahami kondisi ekonomi dan bisnis yang mempengaruhi usaha perusahaan tersebut.
Analisa keuangan digunakan untuk menilai kelangsungan usaha, stabilitas, profitabilitas dari suatu usaha, sub usaha atapun proyek.Analisa keuangan dilakukan oleh seorang profesional yang menyajikan laporan dalam bentuk rasio yang menggunakan informasi sebagaimana tersaji dalam laporan keuangan. Laporan ini biasanya disajikan kepada pimpinan puncak suatu usaha sebagai acuan untuk mengambil suatu kebijakan perusahaan.Berdasarkan hasil analisa ini maka manajemen dapat memutuskan berbagai keputusan manajemen misalnya :
Melanjutkan atau tidak melanjutkan operasional suatu usaha atau bagian dari suatu usaha.
-          Melakukan pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses produksi
-          Melakukan pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi.
-          Melakukan penerbitan saham atau melakukan negosiasi untuk memperoleh pinjaman bank guna meningkatkan modal kerja perseroan.
-          Berbagai keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen melakukan pilihan yang tepat terhadap berbagai alternatif yang ada dalam mengelola perusahaan
           Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan penjualan neto pada PT Nippon Indosari Corpindo Tbk selama tahun 2012 sebesar Rp 813 miliar, meningkat 33% dari sebelumnya Rp 612 miliar pada tahun 2011.  Beban Pokok Penjualan Perseroan selama tahun 2012 adalah sebesar Rp 434 miliar, meningkat 34% dari sebelumnya Rp 323 miliar pada tahun 2011. Beban penjualan dan beban umum & administrasi pada periode 2012 masing-masing sebesar Rp 183 miliar dan Rp 50 miliar atau 23% dan 6% terhadap penjualan neto. Hal ini cukup konsisten jika dibanding dengan beban penjualan dan beban umum & administrasi pada periode 2011 yang masing-masing sebesar 22% dan 5% terhadap penjualan neto. Laba usaha tahun 2012 sebesar Rp 153 miliar atau meningkat 13% dari Rp 136 miliar. Laba neto tahun 2012 sebesar Rp 116 miliar atau meningkat 16% dari Rp 100 miliar pada tahun 2011.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Ke-1, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1, Revisi 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2009
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke 1-5, Rajawali Pers, Jakarta,    2012
Munawir, S., Analisa Laporan Keuangan, Edisi Ke-4, Liberty, Yogyakarta, 2007
Nuh, Muhammad, Principle Accounting, Fajar, Jakarta, 2006
Sugiono, Arief dan Edy Untung, Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan, PT. Grasindo, Jakarta, 2008
http://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_keuangan diakses tanggal  21-12-2014 pukul 07:15
http://www.sariroti.com diakses tanggal 21-12-2014 pukul 14:45