ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PENDAHULUAN
A.
Dasar Teori
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan
suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari
proses pelaporan keuangan.
Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
-
Neraca
-
Laporan laba
rugi komprehensif
-
Laporan
perubahan ekuitas
-
Laporan
perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau
laporan arus dana
-
Catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur
yang berkaitan dengan pengukuran kinereja dalam laporan laba rugi adalah
penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai
unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.
Setiap perusahaan sangat memerlukan laporan
keuangan, dimana laporan keuangan ini berfungsi sebagai media untuk mengetahui
posisi keuangan perusahaan seperti :
Posisi neraca keuangan, laba-rugi, arus kas, serta laporan perubahan
posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan suatu perusahaan sangat diperlukan
oleh banyak pihak, seperti :
-
Pemilik
Perusahaan, dimana laporan keuangan ini sangat berguna untuk menilai prestasi
kerja karyawan dan manajemen dalam melaksanakan aktifitas kerjanya. Kemudian,
laporan keuangan juga membantu pemilik perusahaan untuk mengetahui seberapa
besar dividen yang akan diterima, serta menilai seberapa besar pertumbuhan
perusahaan untuk dapat survive didalam industrinya, juga untuk prediksi dasar
perusahaan ke masa depannya dan juga
sebagai dasar untuk mengetahui seberapa besar nilai saham per lembar ( jika Go
Public ).
-
Manajemen,
dimana laporan keuangan merupakan sebagai alat atau media pertanggungjawaban
mereka dalam pengelolaan perusahaan kepada pemilik.
-
Investor, dimana
laporan keuangan sangat diperlukan agar para investor dapat menilai kondisi
keuangan perusahaan, sehingga dengan adanya laporan keuangan ini, mereka dapat
mengambil keputusan, apakah akan berinvestasi atau tidak dana apakah akan
divestasi (menarik investasi) atau tidak.
-
Kreditur/Banker,
dimana bagi pihak ini laporan keuangan suatu perusahaan sangat diperlukan untuk
menilai likuiditas,solvabilitas dan rentabilitas perushaan, sehingga sebagai
dasar untuk memberikan jawaban apakah perusahaan tersebut dapat diberikan
pinjaman/kredit atau tidak.
-
Supplier, dimana
laporan keuangan sangat diperlukan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan,
sehingga para supplier dapat mengambil keputusan, apakah perlu memberikan
produk/barang/jasa yang dijualnya kepada perusahaan tersebut dengan pembayaran
non cash.
-
Pemerintah,
laporan keuangan suatu perusahaan sangat diperlukan oleh pihak Pemerintah untuk
dasar penetapan jumlah kewajiban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan,
serta sebagai dasar penilaian kepatuhan perusahaan terhadap regulasi, serta
sebagai dasar pemerintah untuk menilai apakah perusahaan tersebut memerlukan
bantuan atau tindakan lain.
-
Analisis
Akademis dan Pusat Data Bisnis,laporan keuangan sangat berguna untuk bahan
analisis terhadap kebijakan-kebijakan dan perilaku-perilaku perusahaan dalam
lingkungan bisnis dimana hal ini sangat berguna bagi ilmu pengetahuan dan
komoditi informasi.
Analisis keuangan digunakan untuk menilai
kelangsungan usaha, stabilitas, profitabilitas dari suatu usaha, sub usaha
atapun proyek. Analisis keuangan dilakukan oleh seorang profesional yang
menyajikan laporan dalam bentuk rasio yang menggunakan informasi sebagaimana
tersaji dalam laporan keuangan. Laporan ini biasanya disajikan kepada pimpinan
puncak suatu usaha sebagai acuan untuk mengambil suatu kebijakan perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis ini maka manajemen dapat
memutuskan berbagai keputusan manajemen misalnya :
-
Melanjutkan atau
tidak melanjutkan operasional suatu usaha atau bagian dari suatu usaha.
-
Melakukan
pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses produksi
-
Melakukan
pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi
-
Melakukan
penerbitan saham atau melakukan negosiasi untuk memperoleh pinjaman bank guna
meningkatkan modal kerja perseroan.
-
Berbagai
keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen melakukan pilihan yang tepat
terhadap berbagai alternatif yang ada dalam mengelola perusahaan.
Tujuan Analisis keuangan seringkali menilai suatu
usaha berdasarkan :
-
Profitabilitas
adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong
pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas
perseroan biasanya dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement)
yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan.
-
Solvabilitas
adalah kemampuan perseroan untuk memenuhi seluruh kewajibannya, yang diukur
dengan membuat perbandingan seluruh kewajiban terhadap seluruh aktiva dan
perbandingan seluruh kewajiban terhadap ekuitas
-
Likuiditas
adalah kemampuan perseroan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang diukur
dengan menggunakan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
-
Stabilitas
adalah kemampuan perseroan dalam mempertahankan usahanya dalam jangka waktu
panjang tanpa harus menderita kerugian. Untuk menilai stabilitas perseroan
digunakan laporan laba rugi dan neraca keuangan (balance sheet) perseroan serta
berbagai indikator keuangan dan non keuangan lainnya.
Metode analisis keuangan seringkali menggunakan
rasio keuangan dari tingkat solvabilitas , profitabilitas, dan pertumbuhan
usaha. Yang pertama, kinerja masa lalu untuk suatu masa tertentu misalnya
selama 5 tahun. Kedua, kinerja mendatang: menggunakan figur kinerja masa lalu
dan teknik matematika serta statistik, termasuk nilai sekarang dan nilai
mendatang. Metode perhitungan ini adalah merupakan penyebab dari kesalahan
analisis keuangan dimana statistik masa lalu dapat menyebabkan rendahnya
prediksi masa mendatang. Dan yang terakhir, Perbandingan kinerja yaitu
membandingkan kinerja antara beberapa perusahaan dalam industri sejenis.
B.
Gambaran Umum Perusahaan
PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk
("Perseroan") pertama kali berdiri pada tahun 1995 yang berlokasi di
Jl. Jababeka XII A, Blok W No.40-41Cikarang, Bekasi 17530 - Jawa Barat. Pada
tahun 2005 Perseroan mengembangkan usahanya dengan mendirikan pabrik di Kawasan
Industri PIER Jl. Rembang Industri Raya No.28 Pasuruan 67152 - Jawa Timur untuk
memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat.
Pada tahun 2008, Perseroan membangun pabrik ketiga
yang juga berlokasi di Kawasan Industri Jababeka Cikarang Jl. Jababeka XVII B,
Blok U No.33 Cikarang, Bekasi 17530 - Jawa Barat kemudian disusul dengan
pembangunan pabrik di Kawasan Industri Wijaya Kusuma Jl. Tugu Wijaya III No.1
Semarang 50153 - Jawa Tengah, Kawasan Industri Medan Star Jl. Pelita Raya I No.
8 -10 Lubuk Pakam KM 19.5 Medan - Sumatera Utara dan Kawasan Industri MM 2100
Jl. Selayar blok A9 Desa Mekarwangi, Cikarang Barat, Bekasi 17530 - Jawa Barat
pada tahun 2011. Pada tahun 2012, Perseroan membangun 2 pabrik baru yang
berlokasi di Jl. Kerani Amad RT. 38 RW. 08 Sukamoro, Talang Kelapa, Banyuasin,
Palembang - Sumatera Selatan dan Kawasan Industri Makassar Jl. KIMA 10 Blok A
No. 2 A, Makassar - Sulawesi Selatan dan pada tahun 2013, Perseroan membangun 2
pabrik baru di Kawasan Industri Bukit Indah City Blok N5 No. 1 Desa Wanakerta
Bungur Sari, Purwakarta, 41181 - Jawa Barat dan Kawasan Industri Modern Cikande
Jl. Raya Modern Industri 1 No. 30 A Kel. Barengkok, Kec. Kibin Serang, 42186 -
Banten.
Perusahaan yang memiliki visi menjadi perusahaan
roti terbesar di Indonesia dengan menghasilkan dan mendistribusikan produk –
produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau bagi rakyat Indonesia,
serta misi membantu meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dengan
memproduksi dan mendistribusikan makanan yang bermutu tinggi, sehat, halal, dan
aman bagi pelanggan, telah memperkerjakan 3.496 karyawan di berbagai lokasi
kerja Perseroan yang terdiri dari 124 manajer, 589 staf, dan 2.783 non-staf
sampai dengan Desember 2013. Pada tahun 2013 pula, Perseroan telah membukukan
penjualan neto sebesar Rp 1,5 triliun dengan kapasitas produksi mencapai 3,5
juta potong per hari.
Produk yang dihasilkan Perseroan terdiri dari 4
varian produk yaitu White Bread (Roti Tawar Special Isi 6 Slices, Roti Tawar
Keju, Sandwich Isi Coklat, Sandwich Isi Krim Peanut, Sandwich Krim Keju,
Sandwich Blueberry, Roti Plain Rolls, Roti Burger Bun, Roti Tawar, Roti Tawar
Gandum, Roti Tawar Kupas, Roti Tawar Coklat Chip, Roti Tawar Pandan), Sweet
Bread (Roti Isi Mix Fruit, Roti Isi Krim Coklat Vanilla, Roti Isi Krim Moka,
Roti Isi Krim Keju, Roti Isi Krim Coklat, Roti Kasur Keju, Roti Sobek Isi Coklat
Nanas, Roti Sobek Isi Coklat Blueberry, Roti Sobek Isi Coklat Sarikaya, Roti
Sobek Isi Coklat Strawberry, Roti Sobek Isi Coklat Keju, Roti Sobek Isi Coklat,
Roti Isi Chicken Teriyaki, Roti Isi Keju, Roti Isi Kelapa, Roti Isi Coklat
Keju, Roti Isi Sarikaya, Roti Isi Strawberry, Roti Isi Beef Barbeque), Cake
(Chiffon Cup Cake Strawberry, Chiffon Cup Cake Pandan, Chiffon Cup Cakecoklat),
dan Tepung Roti Sari Roti.
Karakteristik proses produksi Perseroan adalah
proses costing karena Perseroan melakukan produksi secara masal dan homogen
sedangkan metode yang digunakan dalam penentuan biaya produksi saat ini adalah
standard costing. Proporsi biaya produksi Perseroan adalah 70% biaya bahan baku
dan 30% biaya konversi.
PEMBAHASAN
Perhitungan Per Desember Tahun 2010
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio = Total Aktiva Lancar / Total Hutang
Lancar
Current Ratio
= Rp 213.030.020.197 / Rp 92.639.122.006 = Rp 2,30
Analisis : Setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh
2,30 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang
lancar adalah 2,30 : 1
b. Quick Ratio = (Total Aktiva Lancar – Persediaan) /
Total Hutang Lancar
Quick Ratio =
(Rp 213.030.020.197 – Rp 9.602.287.926) / Rp 92.639.122.006
= Rp
203.427.732.271 / Rp 92.639.122.006 = Rp 2,20
Analisis : Rata-rata industri tingkat liquidnya atau
quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan pada PT. Nippon Indosari Corpindo.tbk
2,20 maka keadaannya sangat baik karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun
dikurangi persediaan.
2. Rasio Solvabilitas
a. Total Dept to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas
Pemegang Saham) x 100%
Total Dept to Equity Ratio = (Rp 112.812.910.988 / Rp 455.452.430.838)
x 100%
= 0,25 x 100% = 25%
Analisis : Merupakan perbandingan antara hutang dan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri,
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Perusahaan dibiayai 25% untuk
tahun 2010.
b. To Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total
Aktiva) x 100%
To Debt to Asset Ratio = (Rp 112.812.910.088 / Rp 568.265.341.826) x
100%
= 0,20 x 100% = 20%
Analisis : Pendanaan perusahaan dibiayai dengan
hutang untuk tahun 2010 artinya bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan Rp 20
dibiayai dengan hutang dan Rp 80 disediakan oleh pemegang saham.
3. Rasio Provabilitas / Rentabilitas
a. Gross Profit Margin = (Laba Kotor / Penjualan
Bersih) x 100%
Gross Profit Margin = (Rp 289.024.873.413 / Rp 612.192.357.641)
x 100%
= 0,47 x 100% = 47%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 47%
b. Net Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Total
Aktiva) x 100%
Net Profit Margin
= (Rp 99.775.124.375 / Rp 568.265.341.826) x 100%
=
0,17 x 100% = 17%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih adalah sebesar 17%
c. Operating Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan
Bersih) x 100%
Operating
Profit Margin = (Rp 135.657.905.022 / Rp 612.192.357.641) x
100%
= 0,22 x 100% = 22%
Analisis : Operating Ratio mencerminkan tingkat
efisiensi perusahaan sehingga rasio ini rendah menunjukan keadaan yang baik
karena setiap rupiah penjualan yang terserap dengan biaya juga rendah dan
tersedia untuk laba yang besar.
d. Return Of Equity = (Laba Bersih Setelah Pajak /
Total Modal Pemegang Saham) x 100%
Return Of Equity
= (Rp 99.775.124.375 / Rp 455.452.430.838) x 100%
= 0,22 x 100% = 22%
Analisis : pengambilan atas modal perusahaan sebesar
22%
4. Rasio Aktivitas
a. Inventory Turnover = Hpp / Persediaan
Inventory Turnover = Rp 323.167.484.228 /
Rp9.602.287.926 = 33,65
Analisis : Inventory Turnover digunakan untuk
mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu
periode tersentu. Pada perusahaan ini inventory turnover adalah sebesar 33,65
b. Total Asset Turnover = Penjualan Bersih / Total
Aktiva
Total Asset Turnover = Rp 612.192.357.641 / Rp
568.265.341.826 = 1,07
Analisis : Total asset Turnover digunakan untuk
mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar
pada suatu periode. Pada perusahaan ini total asset turnover sebesar 1,07.
c. Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Total
aktiva Lancar – Total Hutang Lancar)
Working Capital Turnover = Rp 612.192.357.641 / (Rp 213.030.020.197
–
Rp92.639.122.006)
= Rp 612.192.357.641 /
Rp 120.390.898.191 = 5,08
Analisis : Working Capital Turnover digunakan untuk
mengukur kemampuan modal kerja yang berputar pada satu periode siklus kas yang
terdapat pada perusahaan. Pada perusahaan ini working capital turnover sebesar
5,08.
Perhitungan Per Desember Tahun 2011
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio = Total Aktiva Lancar / Total Hutang
Lancar
Current Ratio
= Rp 190.274.251.538 / Rp 148.209.117.955 = Rp 1,28
Analisis : Setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh
1,28 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancer dengan hutang
lancar adalah 1,28: 1
b. Quick Ratio = (Total Aktiva Lancar – Persediaan) / Total
Hutang Lancar
Quick Ratio =
(Rp 190.274.251.538 – Rp 16.305.869.407) / Rp 148.209.117.955
= Rp 173.968.382.131 / Rp
148.209.117.955 = Rp 1,17
Analisis : Rata-rata industri tingkat liquidnya atau
quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan pada PT. Nippon Indosari Corpindo.tbk
1,17 maka keadaannya sangat baik karena perusahaan dapat membayar hutang
walaupun dikurangi persediaan.
2. Rasio Solvabilitas
a. Total Dept to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas
Pemegang Saham) x 100%
Total Dept to Equity Ratio = (Rp 212.695.735.714 / Rp 546.441.182.786)
x 100%
=
0,39 x 100% = 39%
Analisis : Merupakan perbandingan antara hutang dan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri,
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Perusahaan dibiayai 39% untuk
tahun 2011.
b. To Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total
Aktiva) x 100%
To Debt to Asset Ratio = (Rp 212.695.735.714 / Rp 759.136.918.500) x
100%
= 0,28 x 100% = 28%
Analisis : Pendanaan perusahaan dibiayai dengan
hutang untuk tahun 2010 artinya bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan Rp 28
dibiayai dengan hutang dan Rp 72 disediakan oleh pemegang saham.
3. Rasio Provabilitas / Rentabilitas
a. Gross Profit Margin = (Laba Kotor / Penjualan
Bersih) x 100%
Gross Profit Margin = (Rp 379.403.837.133 / Rp 813.342.078.952)
x 100%
= 0,46
x 100% = 46%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 46%
b. Net Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Total
Aktiva) x 100%
Net Profit Margin
= (Rp 115.932.533.042 / Rp 759.136.918.500) x 100%
= 0,15 x 100% = 15%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih adalah sebesar 15%
c. Operating Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan
Bersih) x 100%
Operating
Profit Margin = (Rp 153.226.854.731 / Rp 813.342.078.952) x
100%
= 0,19 x 100% = 19%
Analisis : Operating Ratio mencerminkan tingkat
efisiensi perusahaan sehingga rasio ini rendah menunjukan keadaan yang baik
karena setiap rupiah penjualan yang terserap dengan biaya juga rendah dan
tersedia untuk laba yang besar.
d. Return Of Equity = (Laba Bersih Setelah Pajak /
Total Modal Pemegang Saham) x 100%
Return Of Equity
= (Rp 115.932.533.042 / Rp 546.441.182.786) x 100%
= 0,21 x 100% = 21%
Analisis : pengambilan atas modal perusahaan sebesar
21%
4. Rasio Aktivitas
a. Inventory Turnover = Hpp / Persediaan
Inventory Turnover = Rp 433.938.241.819 / Rp
16.305.869.407 = 26,61
Analisis : Inventory Turnover digunakan untuk
mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu
periode tersentu. Pada perusahaan ini inventory turnover adalah sebesar
b. Total Asset Turnover = Penjualan Bersih / Total
Aktiva
Total Asset Turnover = Rp 813.342.078.952 / Rp
759.136.918.500 = 1,08
Analisis : Total asset Turnover digunakan untuk
mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar
pada suatu periode. Pada perusahaan ini total asset turnover sebesar 1,08.
c. Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Total
aktiva Lancar – Total Hutang Lancar)
Working Capital Turnover = Rp 813.342.078.952 / (Rp
190.274.251.538 – Rp
148.209.117.955)
= Rp 813.342.078.952 /
Rp 42.065.133.583 = 19,3
Analisis : Working Capital Turnover digunakan untuk
mengukur kemampuan modal kerja yang berputar pada satu periode siklus kas yang
terdapat pada perusahaan. Pada perusahaan ini working capital turnover sebesar
19,3.
Perhitungan Per Desember Tahun 2012
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio = Total Aktiva Lancar / Total Hutang
Lancar
Current Ratio
= Rp 219.818.034.145 / Rp 195.455.567.772 = Rp 1,12
Analisis : Setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh
1,12 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancer dengan hutang
lancar adalah 1,12 : 1
b. Quick Ratio = (Total Aktiva Lancar – Persediaan) /
Total Hutang Lancar
Quick Ratio =
(Rp 219.818.034.145 – Rp 22.598.712.855)
/ Rp 195.455.567.772
= Rp
197.219.321.290 / Rp 195.455.567.772
= Rp 1,009
Analisis : Rata-rata industri tingkat liquidnya atau
quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan pada PT. Nippon Indosari
Corpindo.tbk 1,009 maka keadaannya
sangat baik karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun dikurangi
persediaan.
2. Rasio Solvabilitas
a. Total Dept to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas
Pemegang Saham) x 100%
Total Dept to Equity Ratio = (Rp 538.337.083.673 / Rp 666.607.597.550)
x 100%
= 0,81 x 100%
= 81%
Analisis : Merupakan perbandingan antara hutang dan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri,
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Perusahaan dibiayai 81% untuk
tahun 2012.
b. To Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total
Aktiva) x 100%
To Debt to Asset Ratio = (Rp 538.337.083.673 / Rp 1.204.944.681.223)
x 100%
= 0,44 x 100% = 44%
Analisis : Pendanaan perusahaan dibiayai dengan
hutang untuk tahun 2010 artinya bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan Rp 44
dibiayai dengan hutang dan Rp 56 disediakan oleh pemegang saham.
3. Rasio Provabilitas / Rentabilitas
a. Gross Profit Margin = (Laba Kotor / Penjualan Bersih)
x 100%
Gross Profit Margin = (Rp 556.412.908.045 / Rp
1.190.852.893.340) x 100%
= 0,46 x 100% = 46%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 46%
b. Net Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Total
Aktiva) x 100%
Net Profit Margin
= (Rp 149.149.548.025 / Rp 1.204.944.681.223) x 100%
= 0,12 x 100% = 12%
Analisis : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih adalah sebesar 12%
c. Operating Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan
Bersih) x 100%
Operating
Profit Margin = (Rp 199.403.319.484 / Rp 1.190.852.893.340) x
100%
= 0,16 x
100% = 16%
Analisis : Operating Ratio mencerminkan tingkat
efisiensi perusahaan sehingga rasio ini rendah menunjukan keadaan yang baik
karena setiap rupiah penjualan yang terserap dengan biaya juga rendah dan
tersedia untuk laba yang besar.
d. Return Of Equity = (Laba Bersih Setelah Pajak /
Total Modal Pemegang Saham) x 100%
Return Of Equity
= (Rp 149.149.548.025 / Rp 666.607.597.550) x 100%
= 0,22
x 100% = 22%
Analisis : pengambilan atas modal perusahaan sebesar
22%
4. Rasio Aktivitas
a. Inventory Turnover = Hpp / Persediaan
Inventory Turnover = Rp 634.412.985.295 / Rp
22.598.712.855 = 28,07
Analisis : Inventory Turnover digunakan untuk
mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu
periode tersentu. Pada perusahaan ini inventory turnover adalah sebesar 28,07
b. Total Asset Turnover = Penjualan Bersih / Total
Aktiva
Total Asset Turnover = Rp 1.190.852.893.340 / Rp
1.204.944.681.223 = 0,98
Analisis : Total asset Turnover digunakan untuk
mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar
pada suatu periode. Pada perusahaan ini total asset turnover sebesar 0,98.
c. Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Total
aktiva Lancar – Total Hutang Lancar)
Working Capital Turnover = Rp 1.190.852.893.340 / (Rp
219.818.034.145 - Rp
195.455.567.772)
= Rp 1.190.852.893.340 /
Rp24.362.466.373 = 48,8
Analisis : Working Capital Turnover digunakan untuk
mengukur kemampuan modal kerja yang berputar pada satu periode siklus kas yang
terdapat pada perusahaan. Pada perusahaan ini working capital turnover sebesar
48,8.
PENUTUP
Kesimpulan
Laporan keuangan adalah ringkasan transaksi keuangan
sehingga datanya tidak terperinci bahkan mungkin tidak asli lagi karena sudah
diolah dengan sedemikian rupa sehingga kelihatan baik karena itu perlu
pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang akuntan umum yang independent agar
dapat dipercaya keasliannya.
Seorang analis dalam melakukan analisis keuangan
harus melakukan beberapa langkah, yaitu:
-
Menentukan
tujuan dari analisis keuangan
-
Memahami
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan keuangan
-
Memahami kondisi
ekonomi dan bisnis yang mempengaruhi usaha perusahaan tersebut.
Analisa keuangan digunakan untuk menilai
kelangsungan usaha, stabilitas, profitabilitas dari suatu usaha, sub usaha
atapun proyek.Analisa keuangan dilakukan oleh seorang profesional yang
menyajikan laporan dalam bentuk rasio yang menggunakan informasi sebagaimana
tersaji dalam laporan keuangan. Laporan ini biasanya disajikan kepada pimpinan
puncak suatu usaha sebagai acuan untuk mengambil suatu kebijakan
perusahaan.Berdasarkan hasil analisa ini maka manajemen dapat memutuskan
berbagai keputusan manajemen misalnya :
Melanjutkan atau tidak melanjutkan operasional suatu
usaha atau bagian dari suatu usaha.
-
Melakukan
pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses produksi
-
Melakukan
pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi.
-
Melakukan
penerbitan saham atau melakukan negosiasi untuk memperoleh pinjaman bank guna
meningkatkan modal kerja perseroan.
-
Berbagai
keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen melakukan pilihan yang tepat
terhadap berbagai alternatif yang ada dalam mengelola perusahaan
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan
penjualan neto pada PT Nippon Indosari Corpindo Tbk selama tahun 2012 sebesar
Rp 813 miliar, meningkat 33% dari sebelumnya Rp 612 miliar pada tahun
2011. Beban Pokok Penjualan Perseroan
selama tahun 2012 adalah sebesar Rp 434 miliar, meningkat 34% dari sebelumnya
Rp 323 miliar pada tahun 2011. Beban penjualan dan beban umum &
administrasi pada periode 2012 masing-masing sebesar Rp 183 miliar dan Rp 50
miliar atau 23% dan 6% terhadap penjualan neto. Hal ini cukup konsisten jika
dibanding dengan beban penjualan dan beban umum & administrasi pada periode
2011 yang masing-masing sebesar 22% dan 5% terhadap penjualan neto. Laba usaha
tahun 2012 sebesar Rp 153 miliar atau meningkat 13% dari Rp 136 miliar. Laba
neto tahun 2012 sebesar Rp 116 miliar atau meningkat 16% dari Rp 100 miliar
pada tahun 2011.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap,
Sofyan Syafri, Analisis Kritis atas
Laporan Keuangan, Edisi Ke-1, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008
Ikatan
Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 1, Revisi 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2009
Kasmir,
Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke
1-5, Rajawali Pers, Jakarta, 2012
Munawir,
S., Analisa Laporan Keuangan, Edisi
Ke-4, Liberty, Yogyakarta, 2007
Nuh,
Muhammad, Principle Accounting,
Fajar, Jakarta, 2006
Sugiono,
Arief dan Edy Untung, Panduan Praktis
Dasar Analisa Laporan Keuangan, PT. Grasindo, Jakarta, 2008